Kapal Titanic Karam dan Cerita Kisah Tragis Para Penumpang Bangsawan

Kapal Titanic Karam dan Cerita Kisah Tragis Para Penumpang Bangsawan - Hallo Pengunjung DROIDBREAK, Anda membaca artikel dengan judul Kapal Titanic Karam dan Cerita Kisah Tragis Para Penumpang Bangsawan, artikel ini kami sediakan dengan baik untuk dibaca dan ambil informasi didalamnya. semoga isi postingan Artikel Sejarah, yang kami tulis ini dapat menambah ilmu anda. selamat membaca.

Judul : Kapal Titanic Karam dan Cerita Kisah Tragis Para Penumpang Bangsawan
link : Kapal Titanic Karam dan Cerita Kisah Tragis Para Penumpang Bangsawan

Baca juga


Kapal Titanic Karam dan Cerita Kisah Tragis Para Penumpang Bangsawan

Meski sudah 104 tahun lalu kapal titanic karam dibawah samudra setelah
menabrak gunung es pada tanggal 15 April 1912, kapal Titanic sampai saat ini masih tetap dikenang sebagai kapal termewah pada masanya atau bisa jadi sepanjang masa.


Kapal titanic karam

Kapal titanic karam

Sebanyak US$ 7,5 juta uang yang dibutuhkan untuk membangun kapal titanic pada tahun 1912 atau pada saat ini kurang lebih US$ 180 juta yang jika dirupiahkan sebanyak Rp 2,4 triliun, jumlah yang begitu besar untuk kapal titanic yang karam dalam semalam. 

Dengan biaya pembangunan sebanyak itu tidak ada yang mustahil untuk diwujudkan.

Tetapi pada kenyataannya dengan biaya besar, kapal titanic tidak memiliki sekoci yang memadai dan tidak sebanding dengan banyaknya jumlah penumpang. 

Karena itu ketika kapal titanic karam, tidak banyak nyawa dapat diselamatkan.


Dari segi akomodasi, penumpang kelas dua dan tiga kapal titanic  lebih unggul  jika dibanding dengan penumpang kapal lain dari segi fasilitas yang ditawarkan. 

Apalagi untuk penumpang kelas wahid, kapal Titanic memiliki fasilitas yang sangat istimewa.


Bila Anda Penumpang Kapal Titanic Kelas Utama, Inilah Cerita Sebelum Karam 



Seperti dilansir dari majalah Time, ada seorang wanita kaya penumpang kelas utama  bernama Charlotte Drake Cardeza yang pada saat itu menjadi tamu terhormat di kapal Titanic

Cardeza pada saat itu berusia 58 tahun.

Sebelum kapal titanic karam, meskipun Charlotte Drake Cardeza tidak tergabung dengan kelompok miliarder dalam daftar penumpang A+ kapal Titanic seperti halnya John Jacob Astor IV dan Benjamin Guggenheim, tetapi pundi-pundi harta Cardeza tidak kalah dari para penumpang A+ titanic. 

Dia hidup dari warisan ayahnya sebagai pemilik pabrik tekstil.

Gampang saja bagi Cardeza untuk membeli tiket kelas utama kapal titanic yang pada tahun 1912 harganya mencapai US$ 2.560, pada saat ini nilainya setara dengan US$ 61.000  atau jika dikonfersi dalam rupiah bernilai Rp 803 juta. 

Cardeza tidak sendirian menaiki kapal Titanic, dari Cherbourgaia ia bersama putranya Thomas yang saat itu berusia 36 tahun. 

Tidak ketinggalan dua pelayan pribadinya menyertai sepanjang pelayaran terakhir kapal titanic yang ternyata berakhir karam di samudra atlantic. 

Cardeza juga membawa serta 14 peti, 4 koper, dan 2 krat berisi segala barang-barang pribadinya. 

Rombongan ningrat ini menempati suite mewah kapal titanic yang didalamnya terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang baca, dua ruang wardrobe, serta sebuah kamar mandi. 

Kedua pelayan pribadinya menempati ruangan terpisah.

Suite yang rombongan cardeza tempati adalah 1 dari dua suite termewah di kapal titanic. Suite lain ditempati J.P. Morgan, yang mengendalikan perusahaan pemilik kapal Titanic.

Fasilitas paling tidak lazim yang dimiliki suite terbaik kapal titanic ini adalah disediakannya 50 kaki atau 15 meter dek pribadi. 

Tidak hanya berjarak jauh dari penumpang kelas bawah, Cardeza dan Thomas juga tidak harus berbaur dengan sesama penumpang kelas utama lainnya. 

Mereka merasakan privasi tersendiri dibandingkan penumpang kapal titanic lainnya.

Mereka makan di ruang kelas utama, disini cardeza bisa memesan menu a la carte dengan biaya tambahan. 

Setidaknya  terdapat 10 hidangan yang disajikan dalam sekali makan malam.

Menu makanan mewah telah disiapkan untuk penumpang kelas utama, diantaranya masakan daging kelas satu, salmon, tiram, ayam, lembu, itik, dan  burung dara dll.


Kapal titanic karam

Kapal titanic karam

Setelah jamuan makan malam istimewa ala kapal titanic selesai, Thomas dapat menuju ruang cerutu untuk bergabung dengan pria kaya dan terhormat yang lainnya. 

Sementara sang ibu Charlotte menuju lounge berdesain Istana Versailles, untuk bermain kartu atau hanya sekedar mengobrol dan berkumpul membicarakan hal-hal ringan.


Kapal titanic karam

Kapal titanic karam



Bila tidak pesan makanan tambahan seperti persik dalam Chartreuse atau satu porsi pate de foie gras, mungkin mereka sibuk merencanakan kegiatan keesokan paginya, bisa saja berenang di kolam air asin, bermain squash, pergi ke pemandian Turki. 

Para penumpang yang terbiasa menjaga kebugaran tidak perlu khawatir, kapal titanic mempunyai fasilitas untuk berolahraga di ruangan gym yang dilengkapi peralatan latihan olahraga terbaik pada masanya.

Kapal Titanic Kara

Cerita Orang Kaya Yang Masih Punya Hati Ketika Kapal Titanic Karam


Entah apakah kekayaannya turut memiliki andil. 

Charlotte Cardeza, thomas, juga kedua pelayannya mendapat jatah tempat di sekoci pada detik-detik kapal Titanic karam setelah menabrak gunung es. 

Berbeda dengan 1.500 penumpang lainnya yang harus tewas terjebak dalam kapal titanic atau tewas setelah mengalami hipotermia di lautan yang beku.

Akan tetapi tentu saja, charlotte cardeza beserta golongan elite lainnya harus meninggalkan hampir semua harta yang dibawa ke kapal Titanic. 

Selang waktu beberapa bulan kemudian setelah tragedi kapal titanic karam Charlotte Cardeza melayangkan klaim ganti rugi kepada pihak pemilik kapal Titanic, klaim itu berisi daftar barangnya yang hilang setelah kramnya kapal titanic

Diantara list daftarnya adalah pakaian, mantel bulu, perhiasan dan barang-barang mewah lain dalam list dokumen ganti rugi setebal 16 halaman.

Termasuk di dalam daftar adalah uang cash sebanyak US$ 5.500, yang nilainya sekarang setara dengan US$ 132 ribu atau jika dirupiahkan Rp 1,7 miliar.

Uang tunai diatas tidak ada artinya bila dibanding jumlah keseluruhan harta bendanya yang tenggelam besama kapal titanic, nilainya ditaksir mencapai US$ 177 ribu atau setara dengan US$ 4,2 juta pada saat ini. 

Jika dirupiahkan nilainya mencapai Rp 55,3 miliar.

Meski kehilangan harta benda yang bernilai jutaan dolar bersama karamnya kapal titanic di dasar laut Atlantic, cardeza tidak serta merta jatuh miskin. 

Charlotte dan putranya Thomas tetap hidup bergelimang harta dan kemewahan sampai akhir hayat mereka. Charlotte wafat di tahun 1939, dan putranya thomas pada 1952.

Kisah Charlotte Cardeza hanya satu cerita dari sekian banyak cerita penumpang kelas satu di dalam tragedi kapal Titanic karam.


Tidak seperti yang diceritakan dalam film "TITANIC" yang booming, ternyata tidak semua orang orang berduit tidak punya hati.

Pada saat sekoci kapal titanic mulai diturunkan, awak kapal titanic memerintahkan untuk memprioritaskan menyelamatkan perempuan dan anak-anak. Terbukti sebanyak 115 pria dari kelas satu dan 147 pria dari kelas dua antre untuk keluar dari sekoci penyelamat.

John Jacob Astor, yang konon merupakan orang terkaya di dunia waktu itu, mengantar istrinya menuju sekoci lalu melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada perempuan yang dicintainya.

Sama halnya dengan Benjamin Guggenheim. Ia menolak naik sekoci dan berkata "Tidak boleh ada perempuan yang boleh ditinggalkan di atas kapal ini hanya karena Ben Guggenheim adalah seorang pengecut" , seperti dituturkan seorang saksi mata sebelum kapal titanic karam.

Data statistik membuktikan hal diatas. 

Dari keseluruhan jumlah penumpang kelas satu, seluruh anak-anak selamat, kemudian hanya ada 5 dari 144 jumlah perempuan meninggal dunia karena mereka lebih memilih mati bersama suami tercinta mereka ditelan bersama kapal titanic.

Nahasnya 70 % penumpang pria yang ada di kelas utama masuk daftar korban jiwa dalam tragedi kapal titanic. 

Di kelas dua, 80 % perempuan selamat, namun 90 % dari jumlah keseluruhan penumpang pria dilaporkan tewas.

Para pria ini memegang prinsip noblesse oblige yang memiliki makna bahwa kekuasaan dan kehormatan yang dimiliki mendatangkan tanggung jawab.

Mungkin hingga saat ini tidak banyak orang yang percaya bahwa kaum elit kapal Titanic masih memegang teguh prinsip tersebut. Meskipun nyawa mereka menjadi taruhannya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »