Judul : Museum manusia purba sangiran - Salah satu situs budaya warisan dunia
link : Museum manusia purba sangiran - Salah satu situs budaya warisan dunia
Museum manusia purba sangiran - Salah satu situs budaya warisan dunia
jadditahu.com - Museum Manusia Purba Sangiran dan Beragam Koleksinya.
Gambaran Umum Museum Purba Sangiranjika anda mengunjungi kota sragen, jawa tengah terdapat suatu tempat dimana dikenal sebagai surganya berbagai macam fosil hewan dan manusia purba.
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Para ilmuan sangat mengenal sangiran karena salah satunya memiliki koleksi berupa fosil manusia purba Homo erectus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan homo erectus telah hidup antara 1,5 juta sampai 0,3 juta tahun yang lalu. Lebih dari 50 % jumlah fosil Homo erectus yang ditemukan diseluruh dunia berasal dari temuan di sangiran.
Sampai sekarang temuan fosil homo erectus di sangiran telah berjumlah lebih dari 100 individu. Tidak heran hal ini semakin mengukuhkan sangiran sebagai penyumbang temuan fosil manusia purba terbanyak di dunia.
Dari beberapa situs purbakala yang tersebar di indonesia, nama sangiran merupakan adalah yang terpopuler. Dalam tingkatan dunia, sangiran bisa dibilang merupakan situs prasejarah yang terkemuka. Tidak hanya fosil hewan dan manusia purba saja yang ditemukan disini, bermagai macam artefak yang usianya mencapai ribuan tahun turut menjadi nilai lebih untuk memperlengkap koleksi sangiran.
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Diperkirakan masih terdapat fosil-fosil manusia purba homo erectus yang dengan jumlah banyak yang masih terpendam di wilayah dengan luas 56 km2 ini. Sejak tahun 1936 temuan-temuan fosil secara sporadis terus menerus ditemukan secara berkesinambungan sampai sekarang.
Sangiran telah lama dianggap sebagai laboratorium alami yang komplit oleh para pakar luar negeri. Para ilmuan berpendapat, situs purbakala ini mampu menunjukkan berbagai lapisan tanah serta dari situ dapat diketahui interaksi kehidupan manusia dengan lingkungannya.
Para ilmuan internasional menganggap sangiran sebagai laboratorium yang lengkap. Interaksi antara kehidupan manusia dengan alam dapat mereka lihat dari lapisan tanah yang ada pada situs purba sangiran.
Sangiran merupakan situs kunci yang memberikan segala informasi tentang evolusi manusia,lingkungan dan budaya yang berlangsung selama 2 juta tahun tanpa putus. Oleh karena itu pada tahun 1996 UNESCO menetapkan sangiran sebagai salah satu warisan budaya dunia dengan nama "Sangiran Early Man Site".
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Sangiran tidak hanya memiliki koleksi fosil penghuni wilayah daratan, koleksi fosil hewan rawa juga turut melengkapi beragam kehidupan koleksinya. Ditemukan peninggalan penghuni rawa berupa fosil tengkorak buaya yang memiliki rahang bawah dan rahang atas yang masih tergolong lengkap. Gigi yang menyatu dengan rahangnya terlihat besar dan kuat.
Jika diruntut berdasarkan penemuan diatas, para peniliti menyimpulkan bahwa pada zaman dahulu buaya merupakan salah satu penghuni daerah rawa di wilayah situs sangiran. Buaya diperkirakan menempati wilayah rawa sangiran dari 1,7 sampai 0,9 juta tahun yang lalu. Menurut penelitian dahulu wilayah sangiran merupakan wilayah rawa yang sangat luas di cekungan solo.
Akses Lokasi Menuju Museum Manusia Purba Sangiran
Museum Manusia Purba Sangiran, source : instagram.com |
Cek Lokasinya disini
- Koordinat situs sangiran : 7°27’23″S 110°50’2″E
- Alamat : Jl. Sangiran, Kecamatan. Gemolong, Kecamatan Kalijambe dan Kecamatan Plupuh, Kabupaten. Sragen, Provinsi Jawa Tengah
Jalur Darat
- Terminal bus terdekat : Terminal Gemolong
Jalur Kereta
- Stasiun Kereta terdekat : Stasiun Salem (Gemolong)
Dari stasiun kereta solo:
Solo via Stasiun Balapan
- Turun di Stasiun Balapan
- Naik Angkot atau Taksi ke Terminal Tirtonadi
- Dari Terminal Tirtonadi dilanjutkan naik bus jurusan Solo-Purwodadi
- Turun di Gerbang Gapura Sangiran atau perempatan Kalijambe
- Disana naik ojek ke Museum
Solo via Stasiun Jebres
- Turun di Stasiun Jebres
- Naik angkot dengan jurusan Terminal Tirtonadi dan turun Terminal
- Dari Terminal Tirtonadi dilanjutkan naik bus jurusan Solo-Purwodadi kemudian turun di Gerbang Gapura Sangiran (perempatan Kalijambe)
- Sesampainya di gapura sangiran kemudian naik ojek menuju Museum
- Pelabuhan Laut terdekat : Pelabuhan Tanjung Mas (Semarang)
Jalur Udara
- Bandara terdekat : Bandara Adisumarmo (Solo)
- Solo via Bandar Udara Adisumarmo
- Dari Bandar Udara Adisumarmo
- Naik Bus Damri dengan jurusan Terminal Bus Tirtonadi ( Turun di Terminal Bus Tirtonadi Solo)
- Dari Tirtonadi dilanjutkan maik bus jurusan Solo-Purwodadi. (Turun di Gerbang Gapura Sangiran atau perempatan Kalijambe)
- Naik ojek ke Museum
Evolusi di museum manusia purba sangiran
Sebuah marterpiece utuh berupa atap tengkorak, muka dan dasar tengkorak homo erectus ditemukan dan diawetkan dengan baik. Tengkorak yang ini diberi nama sangiran 17. Angka 17 pada nama tengkorak ini diambil berdasarkan nomor seri penemuan.
Sangiran 17 merupakan salah satu fosil penting karena memiliki aspek fisik dari muka homo erectus asia. Muka asli homo erectus dapat direkonstruksi ulang dari temuan fosil sangiran 17. Data yang diperoleh dari penelitian fosil sangiran 17 digunakan sebagai data pembanding untuk temuan fosil homo erectus lainnya. Cetakan fosil sangiran 17 telah tersebar di penjuru dunia, sedangkan cetakannya yang asli masih terimpan di bandung.
Berbagai penelitian berupa survei dan penggalian (ekskavasi) dilakukan oleh peneliti asing maupun peneliti indonesia di situs purba sangiran dari awal dikenal pada tahun 1934. Von Koenigswald seorang peneliti asal jerman menemukan alat batu berupa bilah yang diperkirakan berumur 400 ribu tahun. Von Koenigswald sempat membawa serta temuannya ke jerman sebelum akhirnya berwasiat untuk mengembalikan kembali bilah yang ditemukan ke indonesia.
Kemudian pada tahun 1990 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Museum Sejarah Alam Prancis melakukan penggalian dengan hasil yang mengejutkan. Mereka menemukan sisa fosil manusia, sisa fosil fauna beserta artefak batu yang memiliki kemiripan dengan temuan Von Koenigswald. Dari petunjuk-petunjuk itulah diketahui bahawa Homo erectus sangiran telah melakukan aktifitas berburu di tepian sungai purba sekitar 700 ribu tahun yang lalu.
Majalah ilmiah terkenal didunia "science" mengomentari bilah batu yang menjadi perkakas manusia purba homo erectus yang usianya lebih dari satu juta tahun yang lalu. Bilah batu ini merupakan alat batu yang manusia purba tertua di indonesia.
Menurut "science" sangiran membukakan bukti tentang alat perkakas paling tua di luar Afrika dan membuka pengetahuan tentang tentang tata cara hidup manusia jawa.
Homo erektus memiliki kemampuan yang lebih maju dibandingkan manusia purba di belahan bumi lainnya. Homo erectus tidak hanya melakukan pemangkasan saja dengan perkakas yang dibuatnya, tetapi juga mengembangkan bentuk perkakas yang lebih memudahkannya seperti kapak genggam. Kapak genggam memiliki bentuk lebih maju bila dibandingkan dengan kapak peribas yang dibuat manusia purba Afrika.
Bentuknya yang bulat dan lonjong dengan ujungnya yang runcing digunakan manusia purba homo erectus sebagai alat penusuk dan alat penetak. Selain itu homo erectus juga membuat kapak pembelah. Bentuknya yang lebar memang cocok sebagai kapak pembelah pada zaman sekarang.
Perkembangan Museum manusia purba sangiran
Sejak ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia (World Heritage Site) museum manusia purba sangiran berbenah dan mengalami pengembangan. Pengembangan museum sangiran yang pertama mengalami hambatan karena kendala krisis moneter di indonesia yang terjadi di tahun 1998. Museum manusia purba sangiran kembali berbenah pada dengan menggeliatnya semangat membangun kembali pada 2002. Rencana Master plan Museum manusia purba sangiran akhirnya rampung pada 2004. Tiga tahun berikutnya detail Engineering pembangunan situs sangiran telah selesai.
Meskipun museum manusia purba sangiran ‘berkelas dunia’ namun keadaan medan lokasi di sangiran “belum mencerminkan kelas dunia”. Hal tersebut karena lahan disangiran masih berupa bentangan padang dengan kondisi gersang.
Kemudian timbulah pemikiran agar pesan-pesan kehidupan para manusia purba dapat dinikmati oleh masyarakat umum dimasa sekarang.
Karena itu dibangulah Empat kluster sebagai sarana informasi dalam pengembangan kawasan sangiran, yaitu kluster Krikilan (diresmikan pada 15 Desember 2011) sebagai pusat berkumpulnya para pengunjung disusul dengan klaster Bukuran, Ngebung dan Dayu ( diresmikan pada 2014 ) sebagai klaster satelitnya.
Jenis Fosil | Rincian Fosil | Keterangan |
Fosil Mulusca (Molusca termasuk filum invertrebrata, terbagi menjadi 7 klas dan lebih dari 10.000 species disimpan di museum Sangiran) | - Klas pelecipoda / kerang dengan cangkang) jenis yang ditemukan diantaranya: Area, Fragmen tridacna, Venericardie, Terlina, Skeinkern, Ostrea, Vermentus | Ditemukan banyak di formasi kali bening dan pucangan |
- Klas gastropoda (kerang bercangkang spiral) jenis yang ditemukan diantaranya: Turbo, Turritella, Orthaulex, Buecina, Eupleura, Urosalpinx, Olivia, Stinkera, Strombus, Conus. | Ditemukan banyak di formasi kali bening dan pucangan | |
Fosil Fish And Crab (ditemukan fragmen kepiting dan tulang ikan) | 1. Sirip ikan bagian depan | 1. Bapak Purnomo di Dayu, Gondangrejo, Karanganyar, dalam Formasi Pucangan (4 Januari 1991). |
2. Kepiting | 2. Bapak Mitro dalam Formasi Pucangan (6 April 1976) | |
3. Rahang, sirip, dan ruas tulang belakang ikan | 3. Bapak Suwarno, Bungkuran, Sragen, dalam Formasi Pucangan.(20 November 1975 ) | |
4. Gigi ikan hiu | 4. Bapak Sutarjo,Desa Bukuran dalam Formasi Pucangan.(6 April 1977) | |
Fosil Kudanil (Hippopotamus) Kudanil mampu hidup di darat dan bisa juga menyelam selama 5 mrlenit di rawa. Selama menyelam kudanil dapat menutup lubang hidung dan juga matanya. Fosil kudanil ditemukan pada formasi kabung dan pucang. | 1. Fosil manybula (Rahang bawah) | 1. Ditemukan di tebing bagian barat Bukuran, Kalijambe kabupaten Sragen pada tanggal 20 Februari 1994 oleh Sudikromo. |
2. Fosil maxilla (Rahang atas) | 2.Ditemukan di Kalijambe kabupaten Sragen pada tanggal 25 April 1994 di Pablengan oleh Mujimin. | |
3. Fosil tibia (Tulang iga) | 3. Ditemukan di Bubak Ngebung, Kalijambe kabupaten Sragen pada tanggal 4 Januari 1993 oleh Warsito. | |
4. Fosol humerus (Tulang kaki depan) | 4. Ditemukan di Kalijambe kabupaten Sragen pada tanggal 28 Desember 1993 oleh Warsito | |
Fosil Buaya | Fosil Buaya | Bukti adanya kehidupan hewan rawa pada kehidupan zaman purba adalah ditemukan fosil rahang atas buaya dan gigi buaya di Pucangan, Krikilan Kalijambe Sragen pada tanggal 4 Januari 1993 oleh Warsito . |
Akses menuju Museum manusia purba sangiran
Lokasi museum ini berada sekitar waktu yang ditempuh sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor dari kota solo menuju arah utara.
Suatu objek wisata akan lebih ramai pengung bila dilengkapi fasilitas yang memadai dan sarana prasarana transportasi yang memadai.
Sayangnya Museum manusia purba sangiran masing memiliki kendala dalam hal akses jalan menuju museum tersebut.
Untuk menuju Museum manusia purba sangiran bisa ditempuh dari arah kota Solo menuju Purwodadi.
Akses lebih mudah ke sangiran dapat anda tempuh dengan melewati Kabupaten Sragen.
Kendaraan umum yang tersedia hanya ada dengan trayek Solo – Purwodadi yang menuju ke Sangiran.
Sebagai masukan bagi Pemkab Sragen sebaiknya memperbaiki akses angkutan umum menuju ke Museum manusia purba sangiran sehingga masyarakat umum akan mudah menuju ke situs sangiran. Hal ini juga akan lebih mengembangkan potensi pariwisata Museum manusia purba sangiran yang bersifat ilmiah dan memiliki corak kebudayaan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertengahan bulan Februari 2012 pernah mengunjungi Museum manusia purba sangiran dan mengungkapkan bahwa beliau terkesan pada penataan museum sangiran yang cukup bagus dan berharap kedepannya Museum manusia purba sangiran akan menjadi obyek wisata yang menarik bagi turis dalam dan luar negeri.
Beliau berharap di masa depan Sangiran dapat menjadi pusat kajian manusia purba bagi para ilmuan dalam dan luar negeri.
Berikut telah kita bahas mengenai berbagai macam serba serbi Museum manusia purba sangiran, semoga dapat menjadi referensi bagi para pembaca sekalian.